Metrodata Electronics
Setiap
tiga bulan sekali, yakni setiap para emiten merilis laporan keuangan
terbaru mereka, penulis terbiasa mencari saham-saham yang memiliki
kinerja perusahaan alias fundamental yang bagus, namun valuasinya masih
murah. Jika nggak ketemu saham yang seperti itu, yaitu biasanya ketika
IHSG lagi tinggi seperti sekarang, maka kriterianya diperlonggar menjadi
1. Saham bagus dengan valuasi yang belum begitu mahal, atau 2. Saham
yang nggak jelek-jelek amat namun valuasinya cukup murah. Nah, Metrodata Electronics (MTDL)
adalah salah satu saham yang kalau berdasarkan kinerjanya di Sembilan
bulan 2012 (9M12), bisa digolongkan sebagai saham yang masuk kriteria
kedua.
MTDL adalah perusahaan penyedia jasa dan produk-produk information and communication technology (ICT), baik dalam bentuk hardware, software, maupun
jasa konsultasi, dimana penjualan hardware (komputer, printer, dll)
merupakan kontributor terbesar yang menyumbang 76.2% dari total
pendapatan perusahaan pada 9M12. Namun, MTDL tidak
mengembangkan atau memproduksi produk-produk teknologinya sendiri,
melainkan menjual produk ICT milik perusahaan lain, sehingga MTDL lebih
cocok disebut sebagai perusahaan dagang alias ritel. Beberapa merk
produk yang dijual oleh perusahaan adalah Adobe, Oracle, Microsoft,
hingga Samsung.
Sejatinya,
MTDL sudah berdiri sejak tahun 1975, namun perusahaan baru masuk penuh
ke bisnis ICT pada tahun 2008 dengan mengakuisisi Soltius Asia Pte Ltd,
sebuah perusahaan konsultan system application and products in data processing
(SAP), yang dilanjutkan dengan akuisisi dan pendirian beberapa
perusahaan ICT lainnya, seperti Xerindo, Synnex, dan MyIcon Technology.
Saat ini MTDL boleh dikatakan sebagai perusahaan distributor
produk-produk ICT terbesar di Indonesia.
Oleh
BEI, MTDL diklasifikasikan sebagai perusahaan teknologi komputer dan
jasa, atau satu kelompok dengan Astra Graphia (ASGR). Pemegang saham
utama MTDL adalah Candra Ciputra, putra dari pengusaha properti
terkenal, Ir. Ciputra.
Nah,
karena model bisnisnya sendiri nggak terlalu umum, maka agak sulit
untuk memperoleh gambaran soal prospek dari MTDL ini. Namun yang jelas
untuk ukuran perusahaan retail, kinerja MTDL cukup baik dengan ROE
14.2%, dan pertumbuhannya cukup lancar dengan catatan kenaikan
pendapatan dan laba bersih masing-masing 23.6 dan 51.9%. Salah satu
pendukung pertumbuhan tersebut adalah penambahan jumlah toko retail
dimana perusahaan bekerja sama dengan Carefour. Pada periode Januari –
Juni 2012, MTDL sudah mendirikan 22 outlet baru yang tersebar di
beberapa kota di Indonesia, dengan target 35 outlet pada akhir tahun
2012. Produk yang dijual di outlet-outlet tersebut kebanyakan merupakan
komputer PC, hardware pendukungnya, dan juga gadget, dengan portofolio
merk yang cukup luas yakni Asus, Dell, Epson, Fujitsu, Panasonic, Intel,
HP, Lenovo, Huawei, Sony Xperia, dan Samsung. Well, ini mengingatkan
penulis dengan perusahaan dagang lainnya yaitu Erajaya Swasembada
(ERAA), dimana kalau ERAA lebih fokus pada penjualan gadget, maka MTDL
lebih fokus pada penjualan komputer desktop dan notebook. Namun
persamaannya adalah, kedua perusahaan sama-sama tidak tergantung pada
satu merk produk tertentu.
Terkait
aksi korporasi, Pada Mei 2012 lalu MTDL sempat berniat melakukan right
issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak total 1.3 milyar lembar
senilai Rp155 milyar, dimana dananya akan digunakan untuk menambah
penyertaan modal pada dua anak usahanya, Synnex dan Mitra Integrasi
Informatika. Namun rencana tersebut batal dan diganti dengan mencari
pinjaman bank (tapi sampai sekarang perusahaan belum mencairkan pinjaman
apapun), dimana manajemen MTDL mengatakan bahwa mereka memiliki
pinjaman bank sebesar US$ 70 juta atau sekitar Rp650 milyar yang belum
dicairkan. Ini agak serem sebenernya, mengingat utang bank MTDL sudah
mencapai Rp400 milyar lebih, belum termasuk utang sukuk sebesar Rp73
milyar. Namun sejauh ini beban bunga yang ditanggung perusahaan masih
belum terlalu besar jika dibandingkan dengan laba kotor perusahaan (laba
sebelum beban usaha, beban keuangan, dan pajak), sehingga bisa
dikatakan bahwa jumlah utang MTDL masih wajar. Pada 9M12, MTDL mencatat
laba kotor Rp302 milyar, sementara beban bunga yang berasal dari utang
bank dan utang sukuk-nya tercatat Rp18 milyar.
Terus
bagaimana dengan sahamnya? Nah, disinilah menariknya. Pada harga 154,
PER MTDL tercatat 5.7 kali, dan PBV-nya 0.5 kali (tapi kalau kepemilikan
minoritas atas perusahaan tidak dihitung, maka PBV MTDL yang benernya
adalah 0.8 kali, tapi itu masih cukup rendah juga). Sementara jika anda
perhatikan valuasi dari perusahaan-perusahaan ritel lain seperti ERAA,
Ace Hardware (ACES), Hero Supermarket (HERO), hingga Mitra Adiperkasa
(MAPI), rata-rata PER-nya cukup tinggi yakni diatas 10 kali. Termasuk
jika dibandingkan dengan ASGR, maka MTDL juga terbilang murah mengingat
PER ASGR mencapai 12.6 kali pada harga 1,330.
Terus
apa yang menyebabkan valuasi MTDL jadi rendah begitu? Mungkin ada dua.
Pertama, kinerja MTDL dalam jangka panjang cenderung tidak konsisten,
dimana perusahaan baru mencatat pertumbuhan signifikan pada tahun 2012
ini. Sebelumnya pada tahun 2011 lalu, laba bersih MTDL turun dibanding
tahun 2010 meski pendapatannya naik. Kedua, sektor usaha yang digeluti
MTDL tampak rumit dan sulit dimengerti terutama bagi investor yang awam
soal ICT (termasuk penulis juga sih), dimana MTDL menjual layanan
konsultasi cloud computing, virtualization, system and network integration, supply chain management, websphere, dan seterusnya, dimana untuk membaca dan mengingat nama-nama layanan tersebut saja sudah terbilang susah.
Padahal
bisnis inti MTDL, seperti yang sudah disebut diatas, adalah penjualan
komputer biasa yakni PC Desktop dan Notebook. Sementara bisnis
perdagangan software dan konsultasi ICT total hanya menyumbang
seperempat dari seluruh pendapatan perusahaan. Untuk penjualan software
dan konsultasi ICT, prospek pendapatan perusahaan memang lebih terbatas
karena kebanyakan pembelinya merupakan korporasi. Namun untuk penjualan
komputer, seharusnya angkanya akan terus meningkat karena konsumennya
adalah pengguna komputer dan internet secara umum, mengingat pengguna
komputer dan internet di Indonesia sendiri terus meningkat dari waktu ke
waktu.
Karena
itulah, meski dari sisi kinerja MTDL ini nggak sebagus ERAA atau ASGR,
namun valuasinya yang rendah menjadikan saham ini cukup menarik. Kalau
pakai hitung-hitungan sederhana, pada harga 200 pun saham MTDL ini masih
terbilang wajar. So we have a chance here.
Lalu
masuknya di harga berapa? Ya kalau dilihat dari pergerakan chart-nya
dalam tiga bulan terakhir sih, coba antri di sekitar 145. Terus apa saja
risikonya? Untuk saat ini belum ada risiko signifikan, namun hati-hati
jika nanti perusahaan mengumumkan bahwa mereka mencairkan utangnya,
dimana hal itu mungkin akan ditanggapi oleh sebagian investor yang
kemudian memutuskan untuk keluar, dan kemudian mengakibatkan sahamnya
jatuh.
Disclamer ON
Tidak ada komentar:
Posting Komentar